The Story of Indonesian Heritage

Stasiun Kereta Api Kediri

Stasiun Kereta Api Kediri (KD) atau yang selanjutnya disebut dengan Stasiun Kediri, merupakan salah satu stasiun kereta api yang berada di bawah manajemen  PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi (Daop) 7 Madiun yang berada pada ketinggian +68 m di atas permukaan laut, dan merupakan stasiun kereta api besar yang ada di Daop 9.
Stasiun ini terletak di Jalan Stasiun, Kelurahan Semampir, Kecamatan Kediri, Kota Kediri, Provinsi Jawa Timur. Lokasi stasiun ini berada di sebelah timur laut Grand Surya Hotel ±  300 m, atau timur Masjid Auliya Setono Gedong ± 400 m.
Bangunan Stasiun Kediri ini merupakan bangunan peninggalan kolonial Belanda. Diperkirakan pembangunan stasiun ini bersamaan dengan pembangunan jalur rel kereta api dari Sembung-Kertosono-Kediri sepanjang 36 kilometer yang dikerjakan oleh Perusahaan Kereta Api milik Pemerintah Hindia Belanda, Staatsspoorwegen, pada tahun 1881. Jalur ini diresmikan pada tahun itu juga. Sehingga, Stasiun Kediri ini termasuk salah satu stasiun tua yang ada di Jawa Timur.


Stasiun Kediri memiliki 6 jalur dengan 1 jalur sepur lurus yang menghubungkan ke Stasiun Ngadiluwih di sebelah selatan, dan Stasiun Susuhan di sebelah utara. Selain jalur aktif tersebut, dahulu ada jalur kereta milik KSM (Kediri Stoomtram Maatschappij) yang bercabang dari jalur 2 menuju Pesantren yang dibangun pada tahun 1897. Dari Stasiun Pesantren ini, jalur kereta api bercabang dua. Yang menuju arah tenggara sampai ke Wates. Sedangkan yang mengarah ke timur laut maupun utara, menuju ke Gurah, Pelem, Pare, Pulorejo, dan Jombang. Kesemuanya itu merupakan jalur rel kereta api Jombang-Pulorejo-Pare-Pelem-Gurah-Pesantren-Kediri sepanjang 50 kilometer. Jalur ini masih aktif hingga tahun 1972.
Dulu, dari Stasiun Gurah terdapat percabangan jalur menuju Jenkol, Brenggolo, dan Kawarasan. Jalur sepanjang 9 kilometer ini dikerjakan oleh KSM pada tahun 1899. Dari Brenggolo, jalur ini dilanjutkan menuju ke Plosoklaten sepanjang 1 kilometer yang dibangun pada tahun 1900.
Selain itu, dari Stasiun Pelem dulu juga terhubung ke Stasiun Papar. Jalur sepanjang 14 kilometer ini juga dikerjakan oleh KSM. Kemudian dari Stasiun Pare dulu juga terdapat jalur percabangan menuju Semanding dan Kepung sepanjang 12 kilometer yang selesai dikerjakan pada tahun 1898. Di Semanding pun ada percabangan juga ke Kencong hingga Kunto sepanjang 9 kilometer yang dibangun pada tahun 1899.
Dari Stasiun Kunto inilah, jalur kereta api bisa terhubung ke Ngoro, Mojoagung, Gemekan, hingga tembus ke Stasiun Mojokerto. Untuk jalur Mojokerto-Mojoagung-Ngoro sepanjang 34 kilometer dikerjakan oleh OJS (Oost-Java Maatschappij) dari tahun 1889 dan selesai pada tahun 1890. Tapi sayang, kesemua jalur yang dibangun oleh KSM dan OJS tersebut sudah tidak berfungsi lagi.
Stasiun Kediri memiliki gedung utama dengan luas 991 m² yang berdiri di atas lahan seluas 991 m², dan terdaftar sebagai aset PT Kereta Api Indonesia (Persero) dengan Nomor Register 001/7.64121/KD/BD. Dilihat dari fasad bangunannya, stasiun ini menggunakan arsitektur bergaya Indische Empire. Gaya arsitektur ini merupakan gaya imperial yang pertama kali dipopulerkan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda ke-36, Herman Willem Daendels (1808-1811). Gaya arsitektur ini ditandai dengan bangunan tembok tinggi kokoh yang pada pinggiran atapnya biasa diberi ornamen besi tempa, serta menggunakan  jendela yang besar-besar dan memakai jalusi besi. *** [230116]
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terpopuler

Mutiara Kekunaan

Diberdayakan oleh Blogger.

Label

Blog Archive

Label

Statistik Blog

Sahabat Kekunaan

Hubungi Kami