The Story of Indonesian Heritage

Gedung Bank Indonesia Lama Padang

Bila Anda sedang bepergian ke Padang, sempatkanlah berjalan-jalan menyusuri kawasan Muaro. Kawasan ini bernuansa pelabuhan, panas tapi bisa bernostalgia dengan beberapa bangunan kuno yang ada di situ. Salah satunya adalah Gedung Bank Indonesia (BI) Lama. Gedung BI ini terletak di Jalan Batang Arau No. 60 Kelurahan Berok Nipah, Kecamatan Padang Barat, Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat. Lokasi gedung ini berada dekat dengan Jembatan Siti Nurabaya.
Awalnya, gedung BI ini merupakan Kantor De Javasche Bank (DJB) Padang, atau dalam bahasa Belandanya De Javasche Bank Agentschap Padang. DJB Agentschap Padang merupakan kantor cabang DJB yang ke-3 setelah kantor cabang Semarang dan Surabaya, serta merupakan kantor cabang yang pertama di luar Pulau Jawa.
Semula, gedung BI ini tidak ada di sini, tapi berada di Lingkungan Nipalaan Verpanding No. 1140. Gedung sementara tersebut menempati bekas gedung pemerintah yang dikosongkan atas kehendak Gubernur Sumatera Barat, dan mulai beroperasi pada 29 Agustus 1864 dengan direktur pertamanya bernama A.W. Verkouteren. Pembukaan gedung BI yang pertama di Padang ini terwujud karena adanya permohonan dari Kamer van Koophandel en Nijverheid (Kamar Dagang dan Industri) Kota Padang kepada Pemerintah Pusat dan Direktur DJB di Batavia.


Kemudian pada 16 Desember 1865, barulah DJB Agentschap Padang mulai menggunakan gedung sendiri yang terletak di Lingkungan Grevelaan (sekarang Jalan Batang Arau No. 60 Padang). Dinamakan Grevelaan, karena dulu jalan di depan gedung DJB ini ada sebuah monumen kecil yang dibangun untuk mengenang Ir. Willem Hendrik de Greve, seorang ahli tambang Belanda yang mati hanyut ketika melakukan penelitian di Batang Kuantan pada tahun 1872. Areal tempat gedung DJB ini dibangun dulu memang bagian kawasan Taman De Greve. Sedangkan, dermaga di Pelabuhan Muaro yang tak jauh dari taman ini diberi nama De Grevekade (Dermaga Greve).
Seiring Padang berkembang menjadi kota perdagangan dan militer di pesisir Barat Sumetera antara abad ke-18 sampai abad ke-19, menjadikan Padang sebagai pintu utama perdagangan dan keuangan di Sumatera pada saat itu. Kondisi ini yang menyebabkan direksi DJB memutuskan untuk memperbarui gedung yang lama dengan gedung yang lebih modern pada tahun 1912. Karena terganjal perizinan, mengingat daerah tersebut direncanakan menjadi areal pelabuhan, maka baru bisa direalisasikan pembangunannya pada 31 Maret 1921.
Pembangunan gedung BI di kawasan Muaro melibatkan biro arsitek ternama dari Batavia, NV Architecten-Ingenieursbureau Fermont te Weltevreden en Ed Cuypers te Amsterdam, atau biasa disingkat menjadi Biro Fermont-Cupers. Pada tahun tersebut, nama Hulswit sudah tidak dicantumkan lagi pada nama biro tersebut karena Hulswit sudah meninggal. Biro ini mengerjakan mulai dari desain gedung sampai kepada pelaksanaan fisik gedungnya. Gedung ini rampung, dan mulai difungsikan pada tahun 1925. Kemudian Gubernur DJB di Padang kala itu dijabat oleh Mr. L.J.A. Trip.
Bangunan DJB Padang ini memiliki kemiripan desainnya dengan DJB Kediri. Gedung ini bergaya arsitektur modern yang telah disesuaikan dengan iklim tropis di Indonesia, ciri yang menonjol adalah bagian atapnya menyerupai atap masjid. Atap berbentuk limasan dengan bagian puncaknya berbentuk kubah. Atapnya terbuat dari genteng. Pintu masuk berada di tengah yang menghadap ke timur. Sekeliling dinding bangunan terdapat jendela kaca yang diberik jeruji besi, jendela dibuat ramping dan tinggi. Di bagian depan terdapat 9 buah jendela, di bagian samping masing-masing ada 4 buah jendela yang sama. Bangunan ini berdenah segi empat. Di bagian muka, bagian tengah agak menjorok keluar. Arsitektur bangunan ini sedikit banyak dipengaruhi juga dengan gaya bangunan joglo. Hanya saja, pintu-pintunya yang lebar dan tinggi ini mengadopsi gaya Eropa.
Pada masa pendudukan Jepang, gedung DJB pernah diambil alih dan kemudian diganti menjadi Nanpo Kaihatsu. Pada Oktober 1945, Belanda datang kembali ke Indonesia dengan membonceng tentara Sekutu. Beberapa wilayah di Indonesia berhasil dikuasai Netherlands Indies Civil Administration (NICA), termasuk di antaranya Padang. Pada 23 Oktober 1947 DJB Agentschap Padang kembali dibuka oleh NICA.
Pada 19 Juni 1951 pemerintah membentuk Panitia Nasionalisasi DJB untuk mengatur pembelian saham DJB yang diperdagangkan di Bursa Efek Amsterdam. Lalu, pada 3 Agustus 1951 pemerintah mengajukan penawaran kepada para pemilik saham DJB. Dalam waktu dua bulan, hampir seluruh saham DJB terbeli.
Akhirnya pada 1 Juli 1953, lahirlah Bank Indonesia melalui UU No. 11/1953 menggantikan DJB dan merupakan bank sentral milik Indonesia dengan peraturan yang berlaku di Indonesia. Dengan demikian, DJB Agentschap Padang berubah menjadi BI Cabang Padang dan gedung ini tetap digunakan sampai 2 Januari 1977. Setelah itu BI Cabang Padang pindah ke Jalan Jenderal Sudirman No. 22 Padang, karena gedung yang lama sudah tidak dapat menampung kegiatan yang ada. Bangunan kokoh dan indah ini merupakan aset yang berharga bagi sejarah perbankan di Indonesia.
Mulai tahun 2006, BI melakukan konservasi terhadap gedung Eks DJB. Ada 12 gedung kuno DJB yang mulai konservasi, yaitu Banda Aceh, Medan, Padang, Jakarta Kota, Bandung, Cirebon, Yogyakarta, Solo, Kediri, Surabaya, Malang, dan Manado. Kota Padang kebetulan terpilih sebagai kota pertama sebagai tempat pencanangan pelestarian dan pemanfaatan bangunan heritage (PPPBH) Bank Indonesia (BI). Selain dilestarikan, ke depannya gedung Eks DJB Padang ini bisa dimanfaatkan sebagai salah satu alternatif kegiatan memorabilia dan museum.
Pada 2 April 2012 Kantor BI Cabang Padang berubah nama menjadi Kantor Perwakilan Wilayah VIII BI Padang dan merupakan Kantor BI kelas I yang sekaligus sebagai kantor koordinator 3 Kantor BI Pekan Baru, Jambi dan Batam. Jadi dapat dikatakan bahwa Kantor Perwakilan Wilayah VIII BI Padang merupakan perpanjangan tangan dari Kantor Pusat Jakarta, di mana tugas dan fungsinya identik dengan kantor pusatnya. *** [310815]

Kepustakaan:
Erwien Kusuma, 2014. Dari De Javasche Bank Menjadi Bank Indonesia: Fragmen Sejarah Bank Sentral di Indonesia, Jakarta: Penerbit Buku Kompas
http://dokumen.tips/documents/bab-ii-bi.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Gedung_Bank_Indonesia_Lama_Padang
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terpopuler

Mutiara Kekunaan

Diberdayakan oleh Blogger.

Label

Blog Archive

Label

Statistik Blog

Sahabat Kekunaan

Hubungi Kami