The Story of Indonesian Heritage

Hotel Inna Garuda Yogyakarta

Rasanya belum lengkap pergi ke Yogyakarta tanpa mengunjungungi Malioboro. Kawasan Malioboro merupakan kawasan komersial yang masih menyimpan jejak bangunan lawas. Begitu turun dari Stasiun Yogyakarta, Anda langsung bisa menuju Malioboro melalui jalan kaki. Tapi kalau tidak ingin capek, bisa menggunakan jasa transportasi becak atau andong. Kalau naik taxi terlalu dekat jaraknya. Apa pun sarana untuk menuju ke Malioboro dari stasiun tersebut tidak menjadi masalah, karena sebenarnya jarak antara stasiun dengan Malioboro cukup dekat atau secara geografis boleh dikata berdampingan.
Begitu memasuki Jalan Malioboro dari stasiun tersebut, atau tepatnya dari sisi utara, Anda akan menyaksikan bangunan menjulang di sebelah kiri. Bangunan tersebut adalah Hotel Inna Garuda. Hotel ini terletak di Jalan Malioboro No. 60 Kelurahan Suryatmajan, Kecamatan Danurejan, Kota Yogyakarta, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Lokasi hotel ini berada di pojok tempat pertemuan antara Jalan Maliobor dan Jalan Abu Bakar Ali.


Pada awalnya, bangunan hotel ini merupakan sebuah cottages yang dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1908 dan selesai pada tahun 1911. Terus mulai dioperasikan sebagai penginapan yang mewah dan terbesar di Yogyakarta. Yang menginap hanya dikhususkan untuk tamu-tamu Gubernur Belanda atau militer. Oleh karena itu, cottages ini akhirnya diberi nama Grand Hotel de Djokja.
Pada tahun 1938 diadakan perbaikan pada hotel ini dengan mengubah bentuk bangunan menjadi dua sayap, sayap utara (north wing) dan sayap selatan (south wing) serta bangunan utama di tengah. Kesemua perbaikan tersebut menjadikan bangunan hotel ini berlantai dua. Baik bangunan sayap utara maupun sayap selatan, memiliki bentuk yang sama dan saling berhadapan. Di tengah-tengah bangunan sayap utara dan sayap kiri terdapat dormer pendek. Di tengah dormer tersebut menjulang sebuah menara pendek.
Pada tahun 1942, Jepang datang dan menguasai Hindia Belanda, termasuk Yogyakarta. Kejatuhan  Yogyakarta membawa dampak diambilalihnya Grand Hotel de Djokja oleh Jepang. Kemudian namanya diubah menjadi Hotel Asahi.


Setelah Indonesia merdeka, Hotel Asahi diambil alih oleh bangsa Indonesia dan sesuai dengan keadaan serta semangat pada saat itu hotel tersebut diganti dengan nama Hotel Merdeka. Pada Desember 1945 sampai dengan Maret 1946, kamar 911 dan 912 yang terdapat pada Hotel Merdeka digunakan sebagai kantor Markas Besar Oemoem (MBO) Tentara Keamanan Rakyat pimpinan Panglima Besar Jenderal Soedirman.
Ketika kota Yogyakarta menjadi ibu kota Republik Indonesia, Hotel Merdeka dijadikan kantor untuk bekerja para kabinet pada saat itu. Sebagai manifestasi dari Lambang Negara Republik Indonesia yaitu Burung Garuda, maka hotel ini diubah namanya menjadi Hotel Garuda. Hal ini dimaksudkan untuk membedakan dengan nama hotel lain yang menggunakan nama Hotel Merdeka di seluruh Indonesia.
Pada tahun 1975 pemerintah menyerahkan pengelolaan hotel kepada PT. Natour berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1975. Konsekuensinya nama hotel tersebut juga diubah menjadi Hotel Natour Garuda. Tahun 1982 PT. Natour merenovasi Hotel Natour Garuda dan menjadikan hotel tersebut yang awalnya berbintang satu menjadi hotel berbintang empat. Pelaksanaan renovasi berakhir pada tahun 1984 dan menelan biaya hampir 9 milyar.
Untuk mempertahankan citra sebagai hotel yang bernuansa sejarah, maka bangunan sayap utara dan sayap selatan dipertahankan serta bangunan utama yang di tengah dijadikan tingkat tujuh. Di awal tahun 1985 Natour Garuda yang berstatus BUMN melaksanakan Trial Opening sebanyak 120 kamar. Pelaksanaan acara Grand Opening Ceremony dilaksanakan pada 29 Juni 1985. Pada tahun 1987 secara resmi Natour Garuda dikukuhkan oleh pemerintah melalui Depparpostel sebagai hotel berkategori bintang empat dengan 240 kamar.
Tahun 1993 PT. Natour bergabung dengan PT. Hotel Indonesia Internasional, dan menjadi PT. HII-Natour melalui Departemen Keuangan Pasal 108 UU Nomor 1 Tahun 1995 tentang perseroan terbatas. Secara legalitas PT. HII-Natour berubah menjadi PT. HIN (Hotel Indonesia Natour) pada 19 Maret 2001. Pada akhir tahun 2002 hingga sekarang hotel-hotel, restoran, dan catering di bawah naungan PT. HIN menyandang Inna sebagai nama bisnis korporat sekaligus nama komersial. Termasuk salah satunya hotel yang ada di Kota Yogyakarta berubah menjadi Hotel Inna Garuda. *** [160815]
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terpopuler

Mutiara Kekunaan

Diberdayakan oleh Blogger.

Label

Blog Archive

Label

Statistik Blog

Sahabat Kekunaan

Hubungi Kami