The Story of Indonesian Heritage

Jembatan Panus Depok

Seperti kisah yang ada di daerah lain, Kota Depok juga memiliki bangunan kuno peninggalan Belanda yang hingga kini masih bisa kita saksikan. Jembatan tua sepanjang 65 meter dengan lebar 4 meter ini masih berdiri di atas Sungai Ciliwung, dan menyimpan sejumlah kisah dan kenangan. Masyarakat setempat biasa menyebut jembatan tersebut dengan sebutan Jembatan Panus.
Jembatan Panus terletak di Jalan Thole Iskandar RT.004 RW.07 Kelurahan Depok, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok, Provinsi Jawa Barat.
Jembatan Panus merupakan salah satu situs sejarah yang ada di Kota Depok. Jembatan ini dibangun pada tahun 1917 oleh Belanda, dan konstruksinya dirancang oleh Andre Laurens, seorang arsitek dari marga Laurens. Laurens merupakan salah satu dari dua belas nama keluarga para budak yang dimerdekakan oleh Cornelis Chastelein.
Sedangkan, yang menjadi mandor dalam pengerjaan jembatan tersebut merupakan penduduk asli Betawi Depok yang tinggal di samping jembatan, namanya Stephanus Leander. Karena yang menangani pengerjaan di lapangan adalah mandor Stephanus Leander, maka bangunan jembatan tersebut dikenal sebagai Jembatan Panus lantaran diberikan berdasarkan nama mandor tersebut. Akan tetapi untuk kemudahan lafal, nama itu disingkat menjadi panus.


Di masa lalu, jembatan ini merupakan satu-satunya jembatan penghubung antara Depok dengan Buitenzorg (Bogor) dan ke Batavia (Jakarta). Kini, karena kondisinya yang kian rapuh, pada tahun 1990 didirikan jembatan baru yang berada di sampingnya untuk menggantikan fungsi jembatan lama.
Yang menarik, salah satu kaki jembatan itu digunakan sebagai tiang ukur memantau ketinggian air untuk mewaspadai banjir di musim penghujan, khususnya bagi kepentingan warga Jakarta, atau Early Warning System di mana akan ada peringatan dini luapan banjir Sungai Ciliwung sebelum memasuki Kota Jakarta.
Di dekat jembatan tua tersebut berdiri sebuah pos pengamatan ketinggian air. Pos ini dikelola oleh Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta, yang selalu melaporkan ketinggian air di musim penghujan secara periodik, karena limpahan air yang berasal dari pegunungan di sekitar Bogor hingga Depok akan mengalirkan airnya melalui Sungai Ciliwung.
Pos pemantau ini mempekerjakan 3 petugas pemantau yang bekerja secara bergantian. Biasanya, kondisi ketinggian air dikatakan dalam ambang batas normal antara 80-100 cm. Penggaris pengukur ketinggian air di bawah jembatan Panus, tanda warna biru menunjukkan ketinggian antara 200-270 cm (siaga 3), kuning memperlihatkan ketinggian air antara 270-350 cm (siaga 2), dan warna merah menunjukkan ketinggian di atas 350 cm (siaga 1). *** [090514]

Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terpopuler

Mutiara Kekunaan

Diberdayakan oleh Blogger.

Label

Blog Archive

Label

Statistik Blog

Sahabat Kekunaan

Hubungi Kami