The Story of Indonesian Heritage

TPU Sukun Nasrani Malang

Perjalanan dari Kepanjen menuju Kampus FIA UB untuk menghadiri meeting dengan Principal Investigator, saya acapkali memotong jalan melalui Mergan, sebuah jalan bekas rel yang dulunya dilalui lori (kereta pengangkut tebu). Pas tikungan mau masuk Jalan Mergan tersebut, saya sempat berhenti untuk melihat bangunan lawas yang khas bentuk arsitekturnya.
Bangunan lawas tersebut merupakan pintu utama masuk ke dalam Tempat Pemakaman Umum (TPU) Sukun Nasrani Malang. TPU tersebut terletak di Jalan Sudanco Supriadi No. 38 Kelurahan Sukun, Kecamatan Sukun, Kota Malang. Lokasi TPU ini berada di belakang SPBU 54.651.14 Sukun atau bersebelahan dengan Bank Sampah Malang.
Keberadaan TPU Sukun Nasrani ini tidak terlepas dari rencana perkembangan Kota Malang yang telah digagas pada masa kolonial. Rencana perkembangan Kota Malang pada masa itu melalui tahap-tahap yang berkelanjutan, yang dikenal dengan istilah bouwplan I sampai VIII. Bouwplan tersebut tidak lepas dari ide Wali Kota Malang pertama, yaitu H.I. Bussemaker (1919-1929), yang pengerjaannya dijabarkan oleh Ir. Herman Thomas Karsten, seorang arsitek perencana kota yang cukup terkenal pada waktu itu.
Pada waktu memasuki bouwplan III, pihak Dewan Kota (Gemeenteraad) mengadakan rapat sebanyak 2 kali, yaitu pada tanggal 26 Agustus 1919 dan 26 April 1920. Dari hasil rapat tersebut, Dewan Kota memutuskan untuk membuat suatu kompleks pemakaman yang cukup luas guna menampung kebutuhan akan makam bagi orang Eropa yang tinggal di Malang. Sebelumnya, pemakaman golongan orang Eropa berada di Klojen Lor akan tetapi karena dirasa sudah tidak layak lagi apabila sebuah kompleks pemakaman terdapat di tengah-tengah areal perumahan.


Akhirnya, daerah yang dipilih adalah daerah Sukun (Staadgemeente Malang 1914-1939 XLVI) yang terletak di sebelah tenggara Kota Malang. Hal itu dimungkinkan, karena daerah tersebut merupakan pintu masuk satu-satunya ke Kota Malang dari Blitar, dan terdapatnya pabrik gula ada di kawasan tersebut. Sebelumnya pernah dipilih daerah Bareng dan Kauman yang memiliki luas sekitar 25 hektar, akan tetapi kemudian dibatalkan. Setelah itu dicoba di daerah Lowokwaru, namun juga tidak jadi terwujud lantaran adanya protes dari penduduk sekitar bakal calon lokasi pemakaman tersebut.
Pembangunan kompleks makam Sukun tersebut dilakukan secara bertahap. Pada awalnya dibangun terlebih dahulu pintu gerbangnya. Bangunan pintu gerbang makam dibuat kokoh dan kuat dengan arsitektur kolonial, dan sampai sekarang belum pernah dirubah bentuknya. Dulu, di bagian atas lengkungan pintu gerbang terdapat tulisan:

“De nacht van den dood
Is de dageraad van den geest.”

Yang bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, memiliki arti sebagai berikut:

“Malam kematian
Adalah fajar pikiran.”

Sekarang tulisan itu sudah tidak ada lagi. Kompleks makam seluas 120.000 m² ini semula mempunyai nama Europese Begraafplaats Soekoen te Malang (Kuburan Orang Eropa di Sukun Malang ), atau arek Malang kala itu menyebutnya dengan istilah Bong Londo.
Sesuai namanya, makam ini banyak menyimpan jasad orang Belanda maupun orang Eropa. Jasad-jasad yang terbaring di makam tersebut, di antaranya: Rob van de Ven Renardel de Lavalette, Letnan Georges Lodewijk Geuvels (KNIL), Th. A.M. Gout (Kontroler Surabaya-Bangil), Pantaleon Hajenius (Kapten Infanteri KNIL), Guusje Mulié (putri drg. Mulié Malang), Dolira Advonso Chavid (konon diyakini sebagai Tante Dolly yang begitu melegenda di Surabaya), dan lain-lain.
Pada masa pendudukan Jepang, makam ini diambil alih oleh pasukan Jepang untuk menjadi tempat pemakaman pasukan Jepang yang meninggal di Malang dan sekitarnya. Sebagai buktinya, di dalam kompleks makam tersebut dibuatkan monumen untuk pemakaman 50 jenasah tentara Jepang yang setiap tahunnya selalu diperingati dengan tujuan mendoakan arwahnya.
Setelah Indonesia merdeka, makam ini beralih fungsi menjadi tempat untuk mengubur jasad-jasad orang Tionghoa dan orang-orang yang beragama Katolik maupun Kristen. Berawal dari sinilah, akhirnya makam ini dikenal dengan Makam Sukun Nasrani yang kemudian kata makam berubah menjadi TPU. Sehingga, saat ini makam tersebut dikenal dengan TPU Sukun Nasrani Malang. *** [220516]

Kepustakaan:
http://www.pentalpha.nl/baroe/index.php/dcf-2/soekoen-begr-plaats
http://imexbo.nl/malang-soekoen-1.html
http://www.imexbo.nl/malang-sukun-speciaa.html
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terpopuler

Mutiara Kekunaan

Diberdayakan oleh Blogger.

Label

Blog Archive

Label

Statistik Blog

Sahabat Kekunaan

Hubungi Kami