The Story of Indonesian Heritage

Candi Prambanan

Candi Prambanan merupakan kompleks percandian Hindu yang dibangun oleh raja-raja dari Dinasti Sanjaya pada abad ke-9. Ditemukannya tulisan nama Pikatan pada candi ini menimbulkan pendapat bahwa candi ini dibangun oleh Rakai Pikatan yang kemudian diselesaikan oleh Rakai Balitung berdasarkan prasasti Siwagrha. Prasasti berangka tahun 856 M ini sebagai manifes politik untuk meneguhkan kedudukannya sebagai raja yang besar. Terjadinya perpindahan pusat kerajaan Mataram ke Jawa Timur berakibat tidak terawatnya candi-candi di daerah ini ditambah terjadinya gempa bumi serta beberapa kali meletusnya Gunung Merapi menjadikan candi Prambanan runtuh tinggal puing-puing batu yang berserakan.
Reruntuhan tersebut akhirnya semakin lama semakin tertutupi semak belukar maupun tanaman besar yang akarnya menancap pada kompleks candi tersebut. Seiring itu pula, kemegahan dan keindahan candi kian lenyap dari ingatan masyarakat yang dulu pernah menyatu dalam kehidupannya. Setelah ratusan tahun lamanya tertelan alam, candi ini ditemukan kembali oleh Colin Mackenzie pada tahun 1811. Kala itu, Colin Mackenzie, seorang anak buah Sir Thomas Stamford Raffles sedang melewati hutan belantara di daerah Prambanan, dan tanpa sengaja menemukan reruntuhan candi-candi tersebut. Setelah itu, Colin Mackenzie diberi tugas untuk melakukan ekskavasi dan menggali informasi untuk merekonstruksi candi ini kembali.


Kompleks percandian Prambanan terletak persis di perbatasan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Provinsi Jawa Tengah. Kurang lebih 17 kilometer ke arah timur dari Kota Yogyakarta atau kurang lebih 53 kilometer sebelah barat daya Kota Solo. Lokasi perbatasan ini mencakup dua kabupaten dari dua provinsi yang berbeda tersebut, yaitu Kabupaten Sleman (Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta) dan Kabupaten Klaten (Provinsi Jawa Tengah). Kebetulan kedua kecamatan yang ada di dua kabupaten tersebut bernama Kecamatan Prambanan yang mengapit letak kompleks percandian tersebut. Kompleks percandian Prambanan ini masuk ke dalam dua wilayah, yakni kompleks bagian barat masuk wilayah Kabupaten Sleman, dan bagian timur masuk wilayah Kabupaten Klaten. Percandian Prambanan berdiri di sebelah timur Sungai Opak yang berjarak kurang lebih 200 meter sebelah utara dari Jalan Raya Yogya-Solo.
Oleh karena itu, gugusan candi ini dinamakan “Prambanan” karena terletak di daerah Prambanan. Kompleks percandian ini juga dinamakan “Loro Jonggrang”, karena candi ini dikenal luas dengan legenda yang melatarbelakangi pembangunan candinya. Legenda tersebut dikenal dengan Legenda Putri Loro Jonggrang, sebuah legenda yang menceriterakan tentang seorang dara yang jonggrang atau gadis jangkung putri Prabu Boko yang hendak dipersunting Bandung Bondowoso tapi sang gadis menolaknya. Kenapa? Ceritera ini dapat dibaca pada Legenda Putri Loro Jonggrang.
Usaha pemugaran yang dilaksanakan Pemerintah Hindia Belanda berjalan sangat lamban dan akhirnya pekerjaan pemugaran yang sangat berharga itu diselesaikan oleh bangsa Indonesia. Pada 20 Desember 1953, pemugaran candi induk Loro Jonggrang secara resmi dinyatakan selesai oleh Soekarno sebagai Presiden RI pertama.


Pada tahun 1977, candi Brahma mulai dipugar dan diresmikan pada 23 Maret 1987. Sedangkan, candi Wisnu mulai dipugar pada tahun 1982, dan diresmikan oleh Soeharto sebagai Presiden RI kedua pada 27 April 1991.
Pada 27 Mei 2006, gempa bumi berkekuatan 5,9 skala Richter mengguncang Yogyakarta dan merusak sebagian besar peninggalan budaya termasuk Prambanan sebagai Kawasan Warisan Dunia. Tindakan tanggap darurat yang telah dilakukan oleh Pemerintah Indonesia meliputi dokumentasi kerusakan, pembersihan reruntuhan, pemulihan tahap awal, dan kegiatan penelitian.
Sebuah Misi Observasi Darurat telah dilaksanakan oleh Pusat Warisan Dunia UNESCO satu minggu setelah gempa untuk menentukan kerusakan dan mempersiapkan bantuan darurat internasional bagi kawasan tersebut.
Pada tahapan ini dilaksanakan beberapa kegiatan penelitian, upaya-upaya koordinasi untuk pembuatan strategi rehabilitasi dan pekerjaan pemulihan di kawasan tersebut. Pertemuan tingkat internasional yang melibatkan para ahli nasional dan internasional di Yogyakarta mempersiapkan suatu rencana aksi untuk rehabilitasi kawasan tersebut.
Pada lebaran 2015, penulis yang sedang menjadi sopir keluarga dari Jakarta, tepatnya sepupu orangtua penulis, Candi Prambanan menjadi salah satu destinasi atau tujuan wisata sebelum menuju Magelang dari arah Solo. Pada waktu mengunjungi tersebut, Candi Prambanan sudah selesai purna pugar pasca gempa bumi tersebut. Sehingga, pengunjung bisa menikmati keindahan candi tersebut.
Kompleks percandian Prambanan atau Loro Jonggrang ini sangat luas. Area terluar merupakan sebuah lapangan besar yang kemungkinan digunakan sebagai tempat suci para pendeta. Area tengah terdiri dari empat baris yang memiliki 224 kuil kecil. Keempat baris tersebut diyakini melambangkan keempat kasta dalam agama Hindu. Sedangkan, area intinya merupakan tempat yang paling suci dari keseluruhan kompleks yang dikelilingi oleh dinding batu dan memiliki gerbang dari batu pada keempat arah utamanya.
Sesuai dengan isi prasasti Siwagrha, peresmian bangunan suci untuk Dewa Siwa, yaitu Siwagrha dan Saiwalaya serta sekaligus memberikan uraian terperinci mengenai sebuah kompleks bangunan suci agama Siwa, yang menurut para ahli adalah kompleks Candi Prambanan yang diresmikan oleh Rakai Pikatan setelah dia menikahi Pramodhawardhani dan mengalahkan Balaputradewa.
Kompleks percandian Prambanan memiliki beberapa candi yang melingkunginya. Akan tetapi, dari semua candi tersebut ada 3 candi yang dianggap penting, yaitu Candi Siwa, Candi Brahma, dan Candi Wisnu. Ketiga candi tersebut diyakini sebagai simbol Trimurti. Trimurti adalah tiga kekuatan Brahman atau Sang Hyang Widhi, sebutan Tuhan dalam agama Hindu, dalam menciptakan, memelihara, melebur alam beserta isinya.
Trimurti terdiri dari 3 dewa, yaitu Dewa Brahma, Dewa Wisnu, dan Dewa Siwa. Menurut ajaran Tirmurti dalam Hindu, yang paling dihormati adalah Dewa Brahma sebagai pencipta alam, kemudian Dewa Wisnu sebagai pemelihara, dan Dewa Siwa sebagai perusak alam. Tetapi di India maupun Indonesia, Siwa adalah yang paling terkenal. Di Jawa, ia dianggap yang tertinggi karenanya ada yang menghormatinya sebagai Mahadewa.

Candi Siwa
Candi dengan luas dasar 34 meter persegi dan tinggi 47 meter adalah yang terbesar dan terpenting. Dinamakan Candi Siwa karena di dalamnya terdapat arca Siwa yang merupakan arca terbesar. Arca ini mempunyai tinggi 3 meter, dan berdiri di atas landasan batu setinggi 1 meter.
Bangunan candi ini terbagi atas 3 bagian secara vertikal, yaitu kaki, tubuh dan kepala. Kaki candi menggambarkan dunia bawah, tempat di mana manusia masih diliputi hawa nafsu. Tubuh candi melambangkan dunia tengah, tempat di mana manusia telah meninggalkan keduniawian. Sedangkan, kepala candi atau bagian atap melukiskan dunia atas, tempat di mana para dewa bersemayam.
Gambar kosmos nampak pula dengan adanya arca dewa-dewa dan makhluk-makhluk surgawi yang menggambarkan Gunung Mahameru atau Mount Everest di India, yang diyakini sebagai tempat bersemayamnya para dewa. Percandian Prambanan merupakan replika gunung itu. Hal ini terbukti dengan adanya arca-arca Dewa Lokapala yang terpahat pada kaki candi tersebut. Empat pintu masuk pada candi tersebut sesuai dengan keempat arah mata angin.
Dasar kaki candi dikelilingi selasar yang dibatasi oleh pagar langkan. Pada dinding langkan sebelah dalam terdapat relief yang berkisah Ramayana yang dapat diikuti dengan cara pradaksina (berjalan searah jaruh jam) mulai dari pintu utama.
Pintu utama menghadap ke timur dengan tangga masuknya yang terbesar. Di kanan-kirinya berdiri 2 arca raksasa penjaga dengan membawa gada yang merupakan manifestasi dari Siwa. Di dalam candi terdapat 4 ruangan yang menghadap keempat arah mata angin dan mengelilingi ruangan terbesar yang ada di tengah-tengah. Kamar terdepan kosong, sedangkan ketiga kamar lainnya masing-masing berisi arca Siwa, Ganesha dan Durga.
Hiasan-hiasan pada dinding sebelah luar berupa kinari (makhluk bertubuh burung berkepala manusia), kalamakara (kepala raksasa yang lidahnya berwujud sepasang mitologi) dan makhluk surgawi lainnya.
Atap candi bertingkat-tingkat dengan susunan yang amat kompleks masing-masing dihiasi sejumlah ratna dan puncaknya terdapat ratna terbesar.

Candi Brahma
Luas dasarnya 20 meter persegi dan tingginya 37 meter. Di dalam ruangan terdapat satu-satunya arca yang berdiri tegak, yaitu arca Brahma berkepala 4 dan berlengan 4. Salah satu tangannya memegang tasbih yang satunya memegang kamandalu (tempat air). Keempat wajahnya menggambarkan keempat kitab suci Weda yang masing-masing menghadap ke arah empat mata angin tersebut. Keempat lengannya juga menggambarkan keempat arah mata angin. Sebagai pencipta, Dewa Brahma selalu membawa air karena seluruh alam keluar dari alam. Sedangkan, tasbihnya menggambarkan waktu. Sebenarnya arca ini begitu indah tapi sayang arca ini sudah rusak.
Dasar kaki candi juga dikelilingi oleh selasar yang dibatasi pagar langkan di mana pada dinding langkan sebelah dalam terpahat relief lanjutan ceritera Ramayana dan relief serupa pada Candi Siwa hingga tamat.

Candi Wisnu
Candi Wisnu memiliki bentuk, ukuran relief dan hiasan dindingnya yang serupa dengan Candi Brahma. Cuma yang membedakan adalah arca yang ada di dalam ruangan candinya.
Dinamakan Candi Wisnu karena di dalamnya terdapat arca Wisnu yang bertangan 4 yang memegang gada, cakra, dan tiram.
Pada dinding langkam sebelah dalam, terpahat relief ceritera Kresna sebagai penjelmaan Wisnu beserta Baladewa (Balarama) kakaknya. *** [220715]

Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terpopuler

Mutiara Kekunaan

Diberdayakan oleh Blogger.

Label

Blog Archive

Label

Statistik Blog

Sahabat Kekunaan

Hubungi Kami