The Story of Indonesian Heritage

Gedung Juang Banda Aceh

Ketika Anda mengunjungi Museum Negeri Aceh, jangan lupa sekalian menengok bangunan tua yang berada di samping kirinya. Bangunan tua tersebut dikenal sebagai Gedung Juang Banda Aceh.
Gedung ini terletak di Jalan Sultan Alaidin Mahmudsyah No. 15 Kelurahan Peuniti, Kecamatan Baiturrahman, Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh. Lokasi gedung berada di antara Museum Negeri Aceh dan Meuligo (Pendopo Gubernuran).
Dulu, gedung ini pernah difungsikan sebagai Kantor Gubernur Belanda. Gedung ini diperkirakan dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1883 yang hampir bersamaan dengan selesainya pembangunan Meuligo yang tepat berada di seberangnya. Memang dulu, Meuligo hanya digunakan sebagai rumah dinas kediaman Gubernur Belanda tersebut.

Foto: Gedung Juang di Banda Aceh (Tampak Depan)

Pada masa pendudukan Jepang (1942-1945), gedung ini dikuasai tentara Jepang atau yang dikenal juga dengan sebutan Dai Nippon, dan kemudian gedung tersebut dijadikan Kantor Pemerintahan Militer Jepang serta Residen Aceh (Shu-chokan). Lalu, pada waktu rakyat Aceh mendengar kabar bahwa Soekarno-Hatta telah memproklamirkan Indonesia maka rakyat Aceh serempak berusaha merebut gedung tersebut dari militer Jepang. Setelah berhasil direbut, dikibarkanlah Sang Saka Merah Putih pada 24 Agustus 1945. Simbol dari perjuangan inilah lalu gedung ini dikenal sebagai Gedung Juang.
Pada tahun 1969, gedung ini sempat digunakan sebagai Kantor BAPERIS (Badan Pembina Rumpun Iskandarmuda), organisasi tentara yang bertugas mengelola Museum Aceh saat dipindahkan dari Blang Padang ke lokasi museum sekarang ini. Sejak itu pula, bangunan tua ini juga dikenal sebagai Gedung BAPERIS.

Foto: Gedung Juang di Banda Aceh (Tampak Samping)

Gedung yang terdiri dari tiga kamar dan satu aula ini kini menjadi Markas Daerah Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Aceh serta sekaligus menjadi Kantor Dewan Pimpinan Daerah Persatuan Purnawirawan dan Warakawuri TNI dan Polri (DPD PEPABRI) Aceh. Di atas pintu masuk gedung tua ini terdapat tulisan dalam bahasa Aceh “Udep Saree Matee Sjahid”, yang artinya hidup bersatu atau mati syahid.
Area gedung ini sangatlah menarik untuk dikunjungi lantaran banyak peninggalan sejarah yang bakal ditemui di area tersebut. Selain menikmati arsitektur kolonial pada bangunan gedung tersebut, juga bisa menyaksikan peninggalan yang lainnya, seperti: Situs Cagar Budaya Makam Kandang Meuh, Makam Pahlawan Nasional Sultan Iskandar Muda, dan sejumlah peralatan perang peninggalan Belanda. Dan,  yang tak kalah tuanya, adalah rimbun pohon asem Jawa berusia ratusan tahun yang tepat berada di depan gedung tersebut. *** [300315]
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terpopuler

Mutiara Kekunaan

Diberdayakan oleh Blogger.

Label

Blog Archive

Label

Statistik Blog

Sahabat Kekunaan

Hubungi Kami