The Story of Indonesian Heritage

Stasiun Kereta Api Solo Kota

Stasiun Kereta Api Solo Kota merupakan salah stasiun kereta api yang berada di Kota Solo. Stasiun ini berada pada ketinggian + 89 meter di atas permukaan laut dan masuk dalam wewenang Daerah Operasi (Daop) 6 Yogyakarta.
Stasiun yang memiliki kode STA ini biasa dikenal dengan Stasiun Solo Kota saja. Bahkan sebagian masyarakat Solo ada yang menyebutnya dengan Stasiun Sangkrah, karena stasiun ini terletak di Jalan Sungai Sambas RT.03 RW.01 Kelurahan Sangkrah, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta, Provinsi Jawa Tengah. Lokasi stasiun ini berada di sebelah timur Gereja Kristen Indonesia (GKI) Sangkrah.
Stasiun Solo Kota dibangun oleh perusahaan kereta api milik swasta, Nederlandsch Indische Spoorweg Matschappij (NISM) pada tahun 1922 setelah jalur kereta api Solo-Wonogiri diselesaikan. Stasiun ini merupakan pintu masuk kereta api ke Kota Solo dari arah selatan menuju Stasiun Purwosari.


Dulu, stasiun ini memegang peran yang penting dalam sejarah transportasi di Kota Solo. Susuhunan Paku Buwono X, raja yang kaya dan mahsyur dari Kraton Kasunanan Surakarta, sering menggunakan stasiun ini di saat mau bepergian ke Pengging, Pesanggrahan Pracimoharjo maupun ke daerah lain yang terjangkau dengan jalur rel kereta api, seperti Surabaya maupun Jakarta. Memang pada waktu itu, yang bisa naik kereta api  masih terbatas kalangan ningrat yang memegang jabatan, orang-orang Belanda, maupun pengusaha dari kalangan Tionghoa maupun Arab.
Pada saat Stasiun Solo Kota didirikan, wilayah eks-Karesidenan Surakarta merupakan pusat pertumbuhan industri sekaligus sebagai pusat perdagangan kaum bumiputera. Banyak komoditas hasil bumi yang dibawa dari Baturetno maupun Wonogiri menuju Solo singgah di stasiun ini sebelum dilanjutkan ke Stasiun Purwosari.
Seiring perkembangan zaman, transportasi tidak berkutat pada pengangkutan komoditas hasil bumi saja namun juga digunakan transportasi manusia (penumpang). Stasiun Solo Kota menghubungkan tiga daerah, yaitu Solo, Sukoharjo, dan Wonogiri hingga Baturetno pada waktu itu dengan jarak tempuh sekitar 80-an kilometer. Akan tetapi, setelah dibangun Waduk Gajah Mungkur di Wonogiri, jalur rel kereta api dari Wonogiri-Baturetno terpaksa ditiadakan karena terendam oleh waduk tersebut. Sehingga pada akhirnya, jalur rel yang masih tersisa hanyalah dari Wonogiri menuju Solo saja dengan jarak tempuh sekitar 39 kilometer.


Pada jarak tempuh itu, hanya terdapat satu kereta api yang berhenti di stasiun ini, yaitu kereta api feeder Wonogiri. Setelah lepas dari Stasiun Purwosari, kereta api tersebut hanya singgah di Stasiun Solo Kota, Sukoharjo, Pasar Nguter, dan Wonogiri. Berangkat dari Stasiun Purwosari biasanya pagi, kemudian dari Stasiun Wonogiri menuju Stasiun Purwosari sore hari. Jadi, trayek kereta feeder tersebut dalam sehari adalah sekali menuju Wonogiri dan sekali pulang dari Wonogiri. Kereta api feeder ini sekarang sudah tidak aktif lagi. Terbersit khabar bahwa kereta api feeder tersebut akan digantikan oleh rail bus Bathara Kresna. Rail bus ini pernah diuji coba melalui jalur tersebut namun lantaran biaya ticket yang lumayan tinggi untuk ukuran jarak tempuh, rail bus ini untuk sementara berhenti dan dilakukan kaji ulang.
Di tengah ketidakpastian beroperasinya rail bus Bathara Kresna, stasiun ini melayani kereta uap Jaladara atau yang biasa disebut dengan Sepur Kluthuk Jaladara yang ditarik lokomotif C1218 yang dikirim dari Ambarawa. Sepur Kluthuk Jaladara merupakan kereta wisata yang ada di Kota Solo. Kereta ini adalah kereta tua buatan Jerman pada tahun 1896 dan dikirim ke Indonesia pada tahun itu juga oleh Pemerintah Hindia Belanda sebagai alat transportasi jarak pendek. Kereta ini diresmikan pada tanggal 27 September  2009, dengan sejumlah pemberhentian, seperti Diamond Convention Center, Solo Grand Mall, Loji Gandrung, House of Danar Hadi (nDalem Wuryaningratan), Museum Radyapustaka (Taman Sriwedari), Kampung Seniman Kemlayan, Perempatan Pasar Pon (Pasar Triwindu), Kampung Wisata Batik Kauman, Benteng Vastenburg, dan Stasiun Solo Kota atau tergantung paket wisata yang diinginkan oleh para wisatawan yang akan menggunakan kereta wisata tersebut.
Sebagai salah satu bangunan bersejarah, Stasiun Solo Kota masuk dalam rencana revitalisasi PT. Kereta Api Indonesia (KAI). Stasiun yang memiliki luas bangunan 468 m² telah diinvetarisir oleh PT. KAI dengan nomor register 195/06/STA/BD. Stasiun ini akan dioptimalkan sebagai obyek wisata pendukung perjalanan Sepur Kluthuk Jaladara. *** [310714]
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terpopuler

Mutiara Kekunaan

Diberdayakan oleh Blogger.

Label

Blog Archive

Label

Statistik Blog

Sahabat Kekunaan

Hubungi Kami