The Story of Indonesian Heritage

Balai Kota Cirebon

Pusat kota atau puseur dayeuh di Tlatah Jawa Barat tempo doeloe biasanya dicirikan dengan sebidang tanah lapang yang dinamakan alun-alun. Di sekitarnya terdapat bangunan-bangunan fungsional. Begitu pula halnya dengan keberadaan Balai Kota Cirebon, yang terletak di Jalan Siliwangi No.24 Kampung Tanda Barat, Kelurahan Keramat, Kecamatan Kejaksan, Kota Cirebon, Provinsi Jawa Barat. Lokasinya tepat berada di jatung kota Cirebon, dan mudah untuk ditempuh dengan moda tansportasi darat, baik itu kendaraan roda dua maupun kendaraan roda empat. Beberapa meter di sebelah selatan bangunan Balai Kota terdapat alun-alun Kota Cirebon, sedangkan beberapa meter arah utara terdapat Stasiun Kereta Api Kejaksan Cirebon.
Masih dalam lingkaran pusat kota, di sebelah barat adalah ruas rel kereta api yang menghubungkan Jawa Tengah dan Jawa Barat hingga ke Jakarta. Sebelah timur Balai Kota adalah Jalan Siliwangi yang membelah pusat kota tersebut. Di jalan tersebut berdiri banyak hotel dari berbagai tingkatan, mulai dari kelas losmen, hotel melati hingga hotel berbintang.
Gedung Balai Kota Cirebon merupakan karya perancang dua aristek bernama H.P. Hamdl dan C.F.H. Koll, yang berusaha memadukan konstruksi barat dengan gaya arsitektur berfilosofi lokal.  Menurut Agustinus David dalam skripsinya yang berjudul Bentuk dan Gaya Bangunan Balai Kota di Cirebon (2010) dijelaskan bahwa Gedung Balai Kota Cirebon terpengaruh oleh gaya modern yang berkembang di Belanda, yaitu gaya Amsterdam School yang berkembang antara tahun 1910 – 1930. Hal ini terlihat dari ekspresionis yang kuat dalam bentuk. Pemakaian bahan bangunan dari alam seperti batu bata dan bentuknya yang sangat plastis, ornamen sculptural dan bermacam-macam warna dari bahan asli (bata, alam, kayu).


Gedung yang berdiri pada areal lahan yang luasnya sekitar 15.770 m², dan memiliki luas bangunan 868 m² ini bertembok warna putih dan bertekstur halus, dibangun atas prakarsa J.J. Jiskoot, Direktur Gemeentewerken (Dinas Pekerjaan Umum) Cirebon kala itu, yang pembangunan fisik bangunannya mulai dilakukan pada 1 Juli 1926 dan selesai dibangun pada 1 September 1927. Biaya pembangunannya menghabiskan dana sekitar 165000 gulden.
Gedung Balai Kota ini memiliki 3 bangunan secara terpisah yang terdiri dari bangunan utama dan bangunan pendamping di sayap kiri dan sayap kanannya. Di bagian depan pada bangunan utama terdapat portico yang berbentuk setengah lingkaran. Pada bagian dalam pada bangunan utama banyak terdapat kaca patri yang memiliki hiasan bervariasi. Di dinding bagian depan pada bangunan utama memiliki enam buah hiasan udang yang menempel pada dinding. Di dalam ruangan pada bangunan utama memiliki banyak bentuk pilaster yang bercirikan Tuscan. Tuscan merupakan salah satu arsitektur Romawi Klasik yang memiliki hiasan moulding pada kepala tiangnya.
Gedung ini semula berfungsi sebagai Raadhuis (Dewan Perwakilan Kota) yang merupakan pusat administrasi Kota Praja Cirebon. Ketika itu, gedung ini juga kerapkali digunakan sebagai tempat pertemuan dan pesta pernikahan kalangan bangsa Eropa. Pada masa Pemerintahan Militer Jepang hingga masa kemerdekaan, gedung ini menjadi pusat Pemerintahan Kota Cirebon.
Gedung ini merupakan salah satu dari sekian banyak bangunan kolonial di Cirebon yang masih berdiri utuh, menjadi bukti sejarah perkembangan gaya seni bangunan dari masa kolonial di Cirebon.
Berdasarkan kekunaan kisahnya, gedung ini ditetapkan sebagai Benda Cagar Budaya berdasarkan Surat Keputusan Walikota Cirebon Nomor 19 Tahun 2001. *** [271013]
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terpopuler

Mutiara Kekunaan

Diberdayakan oleh Blogger.

Label

Blog Archive

Label

Statistik Blog

Sahabat Kekunaan

Hubungi Kami